Sabtu, 20 Juli 2013

Matius 5:9, BLESSED ARE THE PEACEMAKERS

MATIUS 5:9
-    Blessed are the peacemakers, For they shall be called sons of God  (NKJV)
-            Blessed (enjoying enviable happiness, spiritually prosperous--with life-joy and satisfaction in God's favor and salvation, regardless of their outward conditions) are the makers and maintainers of peace, for they shall be called the sons of God! (Amplified Bible)
-            Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah
-            μακάριοι  οἱ  εἰρηνοποιοί, ὅτι  αὐτοὶ  υἱοὶ  θεοῦ  κληθήσονται. 
μακάριοι
makarioi
blessed
οἱ
oi

the
εἰρηνοποιοί,
eirēnopoioi

peacemakers

ὅτι
oti

for
αὐτοὶ
autoi

they
υἱοὶ
uioi

sons
θεοῦ
theou

God
κληθήσονται.
klēthēsontai

called

Kata ‘damai’ dalam bahasa Yunani adalah EIRENE, dan dalam bahasa Ibrani adalah SyALOM. Kata ini tidak sekedar berarti ‘tidak bertengkar’, tetapi juga harus ada hubungan yang benar / baik.

Damai adalah suatu kekuatan yang kreatif.
“Pembawa Damai” adalah seseorang yang memiliki kecenderungan dalam melepaskan kekuatan ini untuk memaksa dunia agar berubah.

Kata-kata ‘orang yang membawa damai’ seharusnya lebih tepat diterjemahkan ‘orang-orang yang mengusahakan damai’ (peacemakers).

Yang tidak termasuk ‘mengusahakan damai’:
Ø  mengadu domba, memecah belah, memfitnah dan sebagainya.
Ø  hanya melerai suatu perkelahian, tanpa betul-betul mendamaikannya.
Ø  membiarkan suatu persoalan / kesalahan supaya tidak gegeran.

Ini sering terjadi di dalam gereja dimana pendeta, karena tidak mau gegeran, lalu membiarkan suatu kesalahan begitu saja, Tindakan semacam ini akan menimbulkan gegeran / kekacauan yang lebih besar di kemudian hari.
Mengusahakan damai berarti mengusahakan hubungan yang benar / baik. 

1.  Tiga Cara untuk mengubah keadaan.
a.    Protes dengan Kekerasan.
ini cara yang ditempuh para revolusioner didunia.
Contoh : Lenin, Stalin, Mao Ze dong, Fidel Castro.
b.    Protes Tanpa Kekerasan.
Inilah cara yang ditempuh oleh para Negarawan di dunia.
Contoh : Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Nelson Mandela.
c.    Cara Kerajaan Allah.
Ini cara yang di tempuh Gereja mula-mula terhadap imperium Romawi.

2. Langkah-langkah untuk menjadi Pembawa Damai.
a.    Mengusahakan Perbaikan dengan cara Damai.
b.   Kekuatan dari Keteladanan.
      Menghadirkan kebenaran tanpa keributan.
Penghapusan Perbudakan. {Kitab Filemon (onesimus)}
c.    Berdamai Dengan Tuhan. Roma 8:32-34.
d.    Keberanian Rohani. Roma 8:30
e.    Komitmen untuk mengasihi. I Korintus 13; Galatia 5:23.
f.    Melepaskan Kuasa Kasih Karunia. II Korintus 6:1-2; Kisah Rasul 7:58-60.
g.    Kita sendiri juga harus berdamai dengan orang-orang di sekitar kita (Roma 12:18  Ibrani 12:14a).
h.    Kita harus mendamaikan orang dengan orang, dan juga mendamaikan mereka dengan Allah dengan cara memberitakan Injil kepada mereka. Ingat bahwa dosalah yang menyebabkan adanya pertengkaran antar manusia (Kejadian 3:12). Juga Injil disebut sebagai Injil damai sejahtera (Efesus 6:15). Kalau orang-orang itu bertobat, sehingga dosa mereka dibereskan, maka lebih besar kemungkinan bagi mereka untuk berdamai.

Dan kalau kita melakukan ini dengan sungguh-sungguh maka kita akan disebut anak-anak Allah, ada dua hal yang harus kita mengerti tentang anak-anak Allah :
1.   Ini tak boleh diartikan bahwa kalau kita mendamaikan orang maka kita menjadi anak-anak Allah. Penafsiran semacam ini mengarah pada ajaran sesat ‘salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik), dan bertentangan dengan Yoh 1:12 yang mengatakan bahwa kita bisa menjadi anak-anak Allah karena iman kepada Yesus.
2)   Orang-orang yang mengusahakan damai disebut anak-anak Allah artinya ‘mirip dengan Allah’ dan ‘mereka melakukan apa yang dilakukan Allah’.
Perhatikan beberapa hal di bawah ini yang menunjukkan hubungan ‘Allah’ dengan ‘damai’:
o    Allah disebut Allah damai sejahtera (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 13:20).
o    Allah disebut sebagai sumber damai sejahtera (Roma 15:33; 2 Korintus 13:11).
o    Mengusahakan damai adalah pekerjaan Allah (Efesus 2:14-16; Kolose 1:20).

Jadi, kalau orang yang percaya mengusahakan damai pasti disebut anak-anak Allah? Mereka mirip dengan Allah dan mereka melakukan apa yang Allah lakukan.

Bekasi, 20 Juli 2013


Karyadim642.blogspot.com

HARAKIRI VS BOM BUNUH DIRI dan SYUHADA



Beberapa hari kemarin tepatnya tanggal. 20 Juli 2013 terjadi Ledakan bom rakitan yang dilempar orang tak dikenal ke Markas Polisi Sektor Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat, sekitar pukul 01.30 dini hari, dikira bunyi ledakan itu adalah sebuah pletasan/mercon yang  dimainkan warga biasa, tetapi ternyata setelah diselidiki itu adalah sebuah ledakan bom yang tidak berdaya besar.
Dari berita ini saya menerawang peristiwa-peristiwa pemboman-pemboman yang terjadi di Indonesia bahkan diberbagai Negara, umumnya yang sering terjadi pemboman adalah negara-negara yang sedang ada konflik, tapi ternyata ditarik kejadian-kejadian pemboman yang ada semakin menjurus tidak masuk diakal, yaitu pemboman terjadi dinegara-negara yang tidak ada konflikpun bisa terjadi pemboman-pemboman, bahkan yang lebih mengerikan adalah pemboman dengan cara Bom itu dibawa oleh si pembom itu sendiri sambil dia sendiri mati bersama dengan BOM yang dibawa dan diledakannya itu, tanpa tujuan yang jelas apa yang dilakukannya itu.

Kalau kita lihat sejarahnya dari tindakan-tindakan tentang Bom Bunuh diri yang terjadi diberbagai tempat dibelahan dunia ini, kita akan lihat sebuah fenomena yang tidak logika/tidak masuk diakal. sama seperti dengan Harakiri orang Jepang sepertinya juga tidak masuk diakal. 

Tapi berbeda dengan Harakiri yang artinya Hara =Perut, Kiru = Menusuk, jadi, Harakiri berarti tindakan menghukum diri sendiri dengan cara memotong perut. dan orang Jepang sendiri jarang menggunakan kata Harakiri, mereka lebih senang menggunakan kata SEPPUKU yang artinya sama dengan Harakiri.

Sejarah Harakiri ini dimulai dengan Zaman dimana Para Samurai dengan semangat Bushido, yakni kode etik seorang samurai yang digunakan ketika kalah berperang, tidak ingin jatuh ketangan musuh dan menghindari rasa malu karena kalah, maka samurai tersebut akan membunuh dirinya dengan cara menusuk perutnya sendiri dan tidak boleh menunjukan rasa sakit, karena itu akan sangat memalukan (jadi menusuk perut sampai mati dengan wajah yang tenang) dan dalam perkembangannya ini menjadi suatu budaya di Jepang. 

Kalau melakukan hal yang tidak benar sesuai dengan Etika umum maka orang Jepang untuk menutupi atau bertanggung jawab atas kesalahannya itu mereka melakukan tanggung jawabnya dengan bunuh diri, dan itu berkembang menjadi sangat luas dalam hal budaya malu, sehingga kalau kecewa, gagal, korupsi, KKN, dll mereka melakukan Harakiri/Seppuku, yang tidak lagi sesuai dengan budaya awalnya yaitu seorang SAMURAI yang kalah. tetapi dari sisi positifnya adalah mereka memiliki budaya malu, yang akhirnya tidak mudah untuk melakukan hal yang tidak Etis. dan ini baik sebenarnya untuk Masyarakat kita (INDONESIA) yang maaf hampir sebagian besar institusi marak dengan korupsi (membuat bangsa ini semakin terpurukdi berbagai bidang)  yang kita tahu itu adalah perbuatan biadab dan tidak punya rasa malu lagi.

Kembali kepersoalan diatas dimana kita membicarakan tentang BOM BUNUH DIRI, yang sekarang sudah amat sangat dianggap biasa itu, tahukah didalam Islam ada pengertian yang hampir sama dengan bunuh diri (yang lebih benar disebut berani mati dijalan ALLAH) nah itu dituliskan sebagai berikut Syahid (kata tunggal Bahasa Arab: شَهيد, sedangkan kata jamaknya adalah SyuhadaBahasa Arab: شُهَداء) merupakan salah satu terminologi dalam Islam yang artinya adalah seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.
Dengan dasar inilah yang sering dipakai dengan cara yang kurang tepat oleh orang-orang yang menganggap dirinya berjalan di jalan Allah dan di anggap ekstrem, yang sepertinya membela Agama tapi dengan cara yang kurang tepat, dan akhirnya cara-cara inilah yang sering dipakai oleh calon bomber-bomber untuk melakukan bom bunuh diri ditempat-tempat yang mereka anggap perlu dihancurkan, sedangkan Islam sendiri mengharamkan bunuh diri dengan cara yang tidak benar ini (BOM bunuh diri dengan pembenarannya sendiri). kecuali dengan penjelasan diatas.

Dari tulisan saya diatas yang sederhana dan singkat ini saya menyimpulkan antara HARAKIRI vs BUNUH DIRI jelas beda dengan SYAHID atau SYUHADA.

Bagaimana menurut sidang pembaca, silahkan di pikirkan dan direnungkan.

Bekasi, 20 Juli 2013.

karyadim642.blogspot.com