Rabu, 04 Desember 2013

MENGHAKIMI, Matius 7:1-5

Matius 7:1-5, Do Not Judge
karyadim642.blogspot.com

1      "Judge not, that you be not judged.
2     For with what judgment you judge, you will be judged; and with the measure you use, it will be measured back to you.
3     And why do you look at the speck in your brother's eye, but do not consider the plank in your own eye?
4     Or how can you say to your brother, 'Let me remove the speck from your eye'; and look, a plank is in your own eye?
5     Hypocrite! First remove the plank from your own eye, and then you will see clearly to remove the speck from your brother's eye.

1      Μ  κρίνετε,  να  μ  κριθτε· 
2     εν  ω  γαρ  κριματι  κρινετε  κριθησεσθε  και  εν  ω  μετρω  μετρειτε  μετρηθησεται  υμιν. 
3     τί  δ  βλέπεις  τ  κάρφος  τ  ν  τ  φθαλμ  το  δελφο  σου,  τν  δ  ν  τ  σ  φθαλμ  δοκν  ο  κατανοες; 
4       πς  ρες  τ  δελφ  σου·  φες  κβαλω  τ  κάρφος  κ  το  φθαλμο  σου,  κα  δο    δοκς  ν  τ  φθαλμ  σο
5     ποκριτά  κβαλε  πρτον  κ  το  φθαλμο  σο  τν  δοκόν,  κα  τότε  διαβλέψεις  κβαλεν  τ  κάρφος  κ  το  φθαλμο  το  δελφο  σου. 

Menurut Para Rabbi Yahudi ada 6 perbuatan besar yang memberikan nama baik didunia dan keuntungan di masa yang akan datang :

1, BELAJAR.
2. MENGUNJUNGI ORANG SAKIT.
3. KERAMAH TAMAHAN.
4. PENYERAHAN DALAM DOA.
5. MENDIDIK ANAK-ANAK TENTANG HUKUM TAURAT.
6. MEMIKIRKAN HAL-HAL YANG BAIK UNTUK ORANG LAIN.

Perintah Tuhan Yesus untuk tidak menghakimi dan menilai orang secara gegabah inilah yang sering dilanggar.

Mengapa tidak boleh menghakimi :
     1.     Kita tidak mengetahui seluruh kenyaataan dan pribadi orang lain seutuhnya.
     2.    Hampir tidak ada kemungkinan bagi siapapun untuk mengadakan penilaian atau             
         penghakiman secara jujur dan objektif.
    3.    Tidak ada orang yang pantas untuk menghakimi dan menilai orang lain. 

Alasan yang sering dikemukakan untuk melarang menghakimi :

a Itu tidak kasih. Ini salah, karena kita menilai seseorang bisa dengan tujuan meluruskan orang itu dari kesalahan / kesesatannya, dan juga untuk menolong supaya orang lain tidak ikut dengan kesesatan tersebut.

b. Kita tidak boleh bertengkar, kita harus cinta damai. Ini salah, karena:
Kalau kita membiarkan kesesatan dengan alasan cinta damai, kita tidak mencintai orang-orang yang bisa menjadi korban kesesatan itu.
Menyatakan kesalahan / kesesatan seseorang tidak berarti harus bertengkar. Tetapi kalau toh terpaksa bertengkar, karena orang yang ditegur tidak mau bertobat, perlu kita ketahui bahwa kebenaran lebih berharga dari pada perdamaian, dan perdamaian harus rela dikorbankan demi kebenaran.
Dalam Yakobus 3:17 dikatakan: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”. Perhatikan bahwa ‘murni’ mendahului ‘pendamai’, dan karena itu kebenaran harus lebih diutamakan dari perdamaian. 

c. Kita tidak maha tahu. Sekalipun kita memang tidak maha tahu, tetapi Allah telah memberi kita Kitab Suci / Firman Tuhan, yang salah satu fungsinya adalah ‘menyatakan kesalahan’.
2 Timotius 3:16-17 - “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.
Jadi, dengan belajar Kitab Suci kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah / sesat. Mengatakan ‘kita tidak tahu’ seringkali bukan merupakan perwujudan dari kerendahan hati, tetapi justru merupakan perwujudan dari suatu sikap tegar tengkuk, yang sekalipun sudah diberi tahu tetapi tetap tidak mau tahu! 


Cara memberikan kritikan / teguran yang benar.
a.   Kita harus mempunyai motivasi yang benar, yaitu kasih.
Kalau kita mau mengkritik / menegur tetapi dalam hati kita tidak ada kasih maka sebaiknya kita membatalkan rencana untuk menegur itu. Kalau kita menegur dengan motivasi kasih maka kita akan menegur untuk kebaikan orang yang kita tegur. Teguran yang diberikan hanya untuk melampiaskan kejengkelan jelas tidak diberikan dengan kasih.

b)   Kritikan baru boleh diberikan setelah kita mengetahui duduk perkaranya dengan benar / jelas.
Lihat Yohanes 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”. Jadi, jangan mengkritik hanya karena saudara mendengar kabar angin, atau pada waktu saudara hanya tahu sebagian dari fakta-fakta yang ada.

c)   Kritikan baru boleh diberikan setelah saudara mengintrospeksi diri saudara sendiri (ay 3-5).
v  Adanya dosa dalam diri kita bisa menyebabkan kita ‘melihat’ dosa-dosa yang sebetulnya tidak pernah ada pada diri orang yang kita tegur.
Misalnya: kalau saudara benci / sentimen pada seseorang, maka segala yang orang itu lakukan akan saudara rasakan sebagai sesuatu yang salah. Saudara harus membereskan dosa saudara ini dulu, dan kalau saudara sudah bisa mengasihi orang itu, maka saudara mungkin akan melihat bahwa banyak (bahkan mungkin semua) kesalahan orang itu sebetulnya tidak pernah ada.

v  Pada waktu saudara introspeksi mungkin saudara lalu melihat bahwa saudara pernah melakukan dosa-dosa tertentu di masa lalu terhadap mana saudara sudah bertobat.
Ini tidak perlu dan tidak boleh menyebabkan saudara takut untuk menegur. Ay 5 menunjukkan bahwa kalau balok di mata kita itu sudah dikeluarkan, maka kita boleh mengeluarkan selumbar dari mata saudara kita.

d.   Pada waktu mengkritik, saudara harus menunjukkan kesalahan orang itu dengan jelas / specific, bukan secara samar-samar / kabur / tidak jelas.
Kalau saudara menyatakannya secara samar-samar, maka orang itu tidak tahu tindakan apa yang menyebabkan ia menjadi batu sandungan sehingga ia tidak bisa mengubah tindakannya. Jadi, sebutkan tindakan apa yang menyebabkan ia menjadi batu sandungan.

Misalnya:
v  jangan menegur seseorang dengan kata-kata ‘kamu itu menjengkelkan’. Ini tidak jelas, dan tidak memungkinkan orang itu untuk bertobat / memperbaiki dirinya. Saudara harus menegur dengan jelas, misalnya: ‘kamu itu menjengkelkan, karena kalau berhutang tidak pernah membayar’, atau ‘kamu itu menjengkelkan, karena selalu tidak menepati janji’.
v  jangan menegur seorang pengkhotbah dengan mengatakan ‘khotbahmu jelek’. Saudara harus memberi tahu ‘jelek dalam hal apa’? Tidak ada arahnya? Tidak sistimatis? Tidak ada penerapan? Tidak ada pendalaman?
v  jangan menegur seorang pengurus dengan mengatakan ‘kamu tidak becus jadi pengurus’. Saudara harus menjelaskan ‘dalam hal apa dia tidak becus’. Tidak becus karena acara yang dibuat tidak menarik? Tidak becus dalam mengakrabkan anggota-anggota pengurus yang lain? Tidak becus dalam menggerakkan anggota-anggota pengurus yang lain untuk bekerja?

e.   Kritikan harus diberikan dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat.
1.   Cara yang tepat tergantung situasi dan kondisi; bisa berupa teguran yang keras atau yang lemah lembut, bisa langsung atau melalui orang lain atau bahkan melalui surat (tetapi jangan melalui surat kaleng, karena ini bertentangan dengan Matius 18:15).
2.  Saat yang tidak tepat juga sangat penting (Amsal 15:23  25:11).

Kalau kita menegur orang pada saat orang itu sedang marah atau sedang sangat sedih, itu tentu salah.

Do Not Judge
1  mē  krinete,  ina  mē  krithēte· 
2  en  ō  gar  krimati  krinete  krithēsesthe  kai  en  ō  metrō  metreite  metrēthēsetai  umin. 
3  ti  de  blepeis  to  karphos  to  en  tō  ophthalmō  tou  adelphou  sou,  tēn  de  en  tō  sō  ophthalmō  dokon  ou  katanoeis; 
4  ē  pōs  ereis  tō  adelphō  sou·  aphes  ekbalō  to  karphos  ek  tou  ophthalmou  sou,  kai  idou  ē  dokos  en  tō  ophthalmō  sou; 
5  upokrita  ekbale  prōton  ek  tou  ophthalmou  sou  tēn  dokon,  kai  tote  diablepseis  ekbalein  to  karphos  ek  tou  ophthalmou  tou  adelphou  sou.

1  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
2  Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
4  Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

5  Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."