Senin, 07 April 2014

6. SI ULAR/KEJAHATAN PRIBADI

karyadim642.blogspot.com

A. Istilah “ular” adalah Nakhash. Ini memiliki beberapa kemungkinan etimologi:
1. Kal Stem - “mendesis”
2. Piel Stem - “berbisik” seperti dalam sihir atau peramalan
3. Dari 4:22 -“berkilau” kemungkinan berhubungan dengan istilah “perunggu”
4. Dari akar bahasa Arab -“merayap”
B. Artikel definite nya adalah present yang menunjukkan seekor ular tertentu atau wujud yang dipersonifikasikan.
C. Kehurufiahan dari ular didukung oleh:
1. Ini disebutkan hanya sebagai salah satu dari binatang di padang yang Allah ciptakan.
2. Penghukumannya dalam 3:14 sebagai seekor binatang secara hurufiah.
3. Ini secara khusus disinggung dalam PB, 2 Korintus 11:3 dan 1 Timotius 2:13-14.
D. Si ular secara khusus diidentifikasikan dengan setan dalam:
1. buku “Hikmat” antar perjanjian 2:23-24. “karena Allah menciptakan manusia untuk abadi; …. meskipun demikian, melalui iri hati si iblis kematian datang ke dalam dunia.”
2. Irenaeus (sekitar 130-202 M)
3. Wahyu 12:9; 20:2
4. Pengidentifikasian ini tidak hadir dari PL sendiri karena PL tidak mendiskusikan Kejadian 3 sepanjang apapun. Ini bahkan tidak disebut ataupun ditafsirkan dalam buku PL yang manapun.
E. Mengapa setan tidak secara khusus disebutkan – Penekanan dari naskah ini ialah pada tanggung jawab manusia, bukan pada pencobaan yang adi kodrati.
Dalam Roma 1-3 di mana keberdosaan manusia disajikan dan Roma 4-8 di mana pengaruhnya di catat, setan tidak pernah disebutkan.
1. PL tidak menyatakan suatu musuh besar dari kebaikan, namun seorang hamba YHWH yang menawarkan kepada umat manusia suatu alternatif dan menuduh manusia sebagai tidak benar.
2. Konsep dari musuh besar pribadi dari Allah berkembang dalam tulisan-tulisan antar alkitab (bukan kanon) yang di bawah pengaruh agama Persia (Zoroastrianisme). Hal ini, pada gilirannya, banyak sekali mempengaruhi Yudaisme kerabian.
3. PB mengembangkan tema-tema PL ini secara mengejutkan dalam bentuk yang kaku, namun terpilih, dan berkelompok.
Jika seseorang mendekati kajian tentang kejahatan ini dari sudut pandang teologia alkitabiah (tiap buku atau penulis atau jenis dipelajari dan di garis besarkan secara terpisah), maka pandangan-pandangan yang sangat berbeda tentang kejahatan akan terungkap.
Namun demikian, jika seseorang mendekati kajian tentang kejahatan ini dari pendekatan agama-agama dunia atau agama-agama timur yang tidak alkitabiah atau terlalu alkitabiah, maka kebanyakan pengembangan PB dibayangi oleh dualisme Persia dan spiritisme Romawi-Yunani.
Jika seseorang secara pra-suposisi untuk mengikatkan diri kepada otoritas Illahi Alkitab, maka pengembangan PB harus dilihat sebagai suatu perwahyuan yang berkembang. Orang-orang Kristen harus berjaga terhadap sikap membiarkan dongeng-dongeng Yahudi atau tulisan-tulisan barat (yaitu: Dante, Milton) untuk mendefinisikan konsep alkitab. Sudah pasti akan ada suatu misteri dan kemenduaan dalam bidang perwahyuan ini. Allah telah memilih untuk tidak mengungkap semua aspek dari kejahatan, asalnya, maksudnya, namun Ia telah mengungkapkan kekalahannya!
Dalam PL istilah setan atau penuduh sepertinya berhubungan dengan tiga kelompok yang terpisah
1. Para penuduh manusia (1 Samuel 29:4; 2 Samuel 19:22; 1 Kings 11:14,23,25; Mazmur 109:6)
2. Para penuduh kemalaikatan (Bilangan 22:22-23; Zakharia 3:1)
3. Penuduh-penuduh iblis (1 Tawarikh 21:1; 2 Raja 22:21; Zakharia 13:2)
Hanya dikemudian hari dalam periode di antara perjanjian si ular dari Kejadian 3 dikenali sebagai setan (cf. Kitab Hikmat 2:23-24; 2 Enoch 31:3), dan bahkan tidak sampai dikemudian hari hal ini menjadi suatu pilihan kerabian (lih Sot 9b dan Sanh. 29a). “Anak Allah” dari Kejadian 6 menjadi malaikat dalam 1 Enoch 54:6. Saya menyebutkan hal ini, bukan untuk menyatakan keakuratan teologisnya, namun untuk menunjukkan perkembangannya. Dalam PB aktivitas PL ini menjadi ciri kejahatan yag dipersonifikasikan dalam bentuk kemalaikatan, (yaitu setan) dalam 2 Korintus 11:3; Wahyu 12:9.
Asal dari kejahatan yang dipersonifikasikan ini sukar atau tidak mungkin (tergantung dari sudut pandang anda) untuk ditentukan dari PL. Satu alasan dari hal ini adalah monoteisme Israel yang kuat (lih. 1 Raja 22:20-22; Pengkhotbah 7:14; Yesaya 45:7; Amsal 3:6). Semua kausalitas dihubungkan dengan YHWH untuk mempertunjukkan keunikan dan keutamaan-Nya (lih. Yesaya 43:11; 44:6,8,24; 45:5-6,14,18,21,22).
Sumber-sumber dari kemungkinan informasi befokus pada
(1) Ayub 1-2 di mana Satan adalah satu dari “anak-anak Allah” (yaitu para malaikat) atau
(2) Yesaya 14; Yehehezkiel 28 di mana raja-raja timur yang penuh keangkuhan (Babilonia dan Tirus) digunakan untuk melukiskan keangkuhan setan (lih. 1 Timotius 3:6).
Saya memiliki perasaan yang bercampur mengenai pendekatan ini. Yehezkiel menggunakan penggambaran Taman Eden bukan hanya bagi raja Tirus sebagai setan (lih. Yehezkiel 28:12-16), namun juga bagi raja Mesir sebagai Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat (Yehezkiel 31). Namun demikian, Yesaya 14, khususnya ay 12-14, sepertinya menjelaskan suatu pemberontakan kemalaikatan melalui keangkuhan. Jika Allah ingin menyatakan pada kita sifat khas dan asal dari setan hal ini adalah cara dan tempat yang sangat menyerong untuk melakukannya. Kita harus berjaga terhadap trend dari teologia sistematik yang mengambil bagian-bagian yang kecil dan mendua dari perjanjian-perjanjian, penulis, kitab-kitab, dan jenis-jenis tulisan yang berbeda dan menggabungkannya sebagai bagian-bagian dari satu puzzle Illahi.
Alfred Edersheim (Kehidupan dan Jaman Yesus Sang Mesias, vol. 2, lampiran XIII [hal. 748-763] dan XVI [hal. 770-776]) mengatakan bahwa Yudaisme Kerabian sangat berlebihan dipengaruhi oleh dualisme Persia dan spekulasi keiblisan. Para rabi bukanlah sumber yang baik bagi kebenaran di bidang ini. Yesus secara radikal menyimpang dari pengajaran dari Sinagoga. Saya kira konsep kerabian mengenai perantaraan dan perlawanan kemalaikatan dalam pemberian hukum Taurat kepada Musa di gunung Sinai membebuka pintu kepada konsep musuh besar kemalaikatan dari YHWH dan juga umat manusia.
Ke dua allah yang tinggi dari faham dualism Iran (Zoroastrian), Ahkiman dan Ormaza, baik dan jahat, dan dualisme ini berkembang menjadi suatu dualism terbatas Yudaisme mengenai YHWH dan setan.
Tentu saja ada perwahyuan yang bertumbuh dalam PB akan hal perkembangan kejahatan, namun tdaklah serumit yang diproklamirkan para rabi. Suatu contoh yang bagus dari perbedaan ini adalah “peperangan di surga.” Kejatuhan setan adalah suatu keharusan yang logis, namun rinciannya tidak diberikan. Bahkan apa yang sudah diberikanpun diselubungi dalam jenis tulisan perwahyuan (lih. Wahyu 12:4,7,12-13). Meskipun setan dikalahkan dan dibuang ke bumi, ia masih berfungsi sebagai hamba YHWH (lih. Matius 4:1; Lukas 22:31-32; 1 Korintus 5:5; 1 Timotius 1:20).

Kita harus mengesampingkan rasa keingin-tahuan kita dalam bidang ini. Ada kekuatan pencobaan dan kejahatan pribadi, namun hanya ada satu Allah dan manusia masih bertanggung jawab atas pilihannya. Ada peperangn rohani, yang ada baik sebelum dan sesudah keselamatan. Kemenangan bisa hanya datang dan tinggal di dalam dan melalui Allah Tritunggal. Kejahatan telah dikalahkan dan akan dihilangkan!

Colossians 1: 15-29, Reconciled in Christ