Rabu, 14 Mei 2014

A Girl Restored to Life/TALITA KUM (Matius 9:18-26)


Matthew 9:18-19; 23-26 (Markus 5:21-43; Lukas 8:40-56)
18 While He spoke these things to them, behold, a ruler came and worshiped Him, saying, "My daughter has just died, but come and lay Your hand on her and she will live."
19 So Jesus arose and followed him, and so did His disciples.
23 When Jesus came into the ruler's house, and saw the flute players and the noisy crowd wailing,
24 He said to them, "Make room, for the girl is not dead, but sleeping." And they ridiculed Him.
25 But when the crowd was put outside, He went in and took her by the hand, and the girl arose.
26 And the report of this went out into all that land.             

18   Ταύτα  ατο  λαλοντος  ατος  δο  ρχων  ες  προσελθν  προσεκύνει  ατ  λέγων  τι    θυγάτηρ  μου  ρτι  τελεύτησεν·  λλ  λθν  πίθες  τν  χερα  σου  π’  ατν  κα  ζήσεται. 
19   κα  γερθες    ησος  κολούθει  ατ  κα  ο  μαθητα  ατο.
23   Κα  λθν    ησος  ες  τν  οκίαν  το  ρχοντος  κα  δν  τος  αλητς  κα  τν  χλον  θορυβούμενον 
24   λεγεν·  ναχωρετε,  ο  γρ  πέθανεν  τ  κοράσιον  λλ  καθεύδει.  κα  κατεγέλων  ατο
25   τε  δ  ξεβλήθη    χλος  εσελθν  κράτησεν  τς  χειρς  ατς  κα  γέρθη  τ  κοράσιον. 
26   κα  ξλθεν    φήμη  ατη  ες  λην  τν  γν  κείνην.

Dalam ayat diatas Matius menulis tidak terlalu rinci, berbeda dengan di tulisan Markus 5:21-43 dan Lukas 8:40-56 dimana cerita ini ditulis lebih terperinci.
Didalam Injil Markus dan Lukas nama Kepala rumah Ibadat, disebutkan yaitu namanya “Yairus”.

Pada zaman itu Pejabat rumah Ibadat (Pejabat Synagoge) adalah orang penting :
Ø  Ia dipilih dari Antara para Penatua.
Ø  Tugasnya bukan untuk mengajar atau berkhotbah.
Ø  Bertanggung jawab bagi keteraturan pelaksanaan ibadah umum.
Ø  Pengawas hal-hal yang menyangkut synagoge secara umum.
Ø  Mengatur dan menunjuk petugas untuk membaca kitab suci, berdoa dan menyampaikan khotbah dalam ibadah-ibadah di synagogue
Ø  Bertanggung jawab terhadap gedung synagogue.
Ø  Bertanggung jawab terhadap seluruh administrasi synagogue.

Dari penjelasan diatas tentang kepala rumah Ibadah berarti dia adalah orang yang cukup penting dan dipastikan dia adalah seorang Yahudi Ortodoks yang juga pasti menganggap Yesus orang yang berbahaya (Penyesat yang berbahaya)

Dan Yesus juga tahu bahwa orang seperti Kepala rumah Ibadat ini adalah orang yang sangat menentang akan pengajarannya.
Tetapi yang kita lihat dari ayat-ayat diatas ternyata ketika Kepala rumah Ibadat itu datang kepada Yesus dan meminta pertolongan kepadaNYa, Yesus menerima dengan senang hati dan dengan tangan terbuka.
Lalu Yesus berjalan bersama ke rumah Yairus, tetapi setibanya dirumah Yairus didapati Peniup-peniup seruling dan orang banyak yang rebut memenuhi rumah Yairus.

Pada jaman Tuhan Yesus di Israel orang yang mati itu harus diratapi, ada 3 macam pengertian Ratapan pada saat itu :
1.     Ratapan dengan merobek-robek pakaian. Ada 39 aturan cara merobek-robek pakaian.
-     Perobekan harus dilakukan sambil berdiri.
-     Bagi ayah atau ibu yang berduka, perobekan itu harus tepat dibagian dada, sehingga dada kelihatan.
-     Bagi orang lain perobbekan dilakuan disebelah kanan.
-     Baju yang dipakai harus dipakai selama 7 hari.
-     Setelah itu selama  sebulan harus ditisik besar-besar supaya kelihatan.
-     Setelah itu dijahit/dibetulkan kembali.
-     Untuk wanita cara merobeknya :
+ wanita merobek pakaian dalamnya secara sembunyi, lalu dipakai secar terbalik.
+ pakain luarnyalah yang dirobek.

2.  Ratapan dengan menangisi orang yang mati.
-     Dalam rumah duka ratapan tangis itu harus terdengar terus-menerus.
-     Dilakukan oleh wanita yang khusus melakukan tugas itu. (pintar dalam hal tangis menangis)
-     Para peratap tahu sejarah hidup hampir setiap orang dalam kota/masyarakat itu.
-     Para peratap, mer menatap sambil menyebut-nyebut nama –nama keluarga yang telah meninggal.
-     Sehingga pelayat datangpun segera terharu dan ikut menangis.
-     Maka ketika mereka (para peratap) berkumpul melakukan tugasnya membangkitkan rasa duka para pelayat.
-     Maka terjadilah tangisan ratapan yang hiruk pikuk.

3.  Ratapan dengan membunyikan seruling.
Music suling ditimur tengah kuno selalu dikaitkan dengan kematian.
-     Didalam Talmud. Suami yang isterinya meninggal haruslah menguburnya, mengadakan ratapan, dan tangisan baginya dan membunyikan seruling.
Di kota Romapun terdapat peratap yang meniup seruling.
-     dalam peristiwa pemakaman Kaisar claudiusn suara peniup seruling itu demikian menyayat sehingga ada rumor Claudius pun mendengar suara seruling yang menyayat itu.

Ketempat duka yang menyayat itulah Tuhan Yesus datang, disana dipenuhi oleh Ratapan dan hiruk-pikuk, dan Tuhan Yesus memerintahkan untuk Peratap dan pemain seruling untuk pergi.
Tuhan Yesus dengan tenang mengatakan bahwa anak itu tidak mati dan sedang tidur, akibatnya Tuhan Yesus di tertawakan oleh Peratap dan peniup seruling, karena mereka adalah orang-orang yang berpengalaman dalam hal orang mati, mereka tahu anak perempuan sudah mati.

I.    Didalam Ayat 18   tertulis ‘Baru saja meninggal’
Ini kelihatannya bertentangan / kontradiksi dengan Markus 5:23: ‘sedang sakit, hampir mati’, dan Lukas 8:42: ‘hampir mati’.

Cara mengharmoniskan:
a   Matius menceritakan secara singkat tanpa mempedulikan detail-detailnya, sedangkan Markus dan Lukas menceritakan detail-detailnya.
b   Kata-kata Yairus yang sebenarnya adalah: ‘Anakku sakit begitu berat sehingga pasti saat ini ia sudah mati’. Matius lalu mengambil sebagian dari kata-kata ini dan Markus / Lukas mengambil bagian yang lain.
     Ini adalah satu penafsiran yang mungkin sekali. Memang dalam Markus 5:23 di katakan: ‘Supaya ia selamat dan tetap hidup’. Ayat ini seolah-olah menentang penafsiran ini. Tetapi kata ‘tetap’ dalam ayat itu sebetulnya tidak ada sehingga penafsiran ini tetap mempunyai kemungkinan benar.
c   Anak itu masih hidup waktu Yairus meninggalkan rumah, tetapi sudah mati waktu Yairus berbicara dengan Yesus. Matius memasukkan fakta itu ke dalam perkataan Yairus, sedangkan Markus / Lukas menceritakan kata-kata Yairus sesuai dengan anggapan Yairus (Yairus tidak tahu anaknya sudah mati). Ini juga merupakan penafsiran yang mungkin sekali benar.

II. Iman Yairus lebih kecil dari iman perwira.  Matius 8:5-13
Karena Yairus merasa perlu Yesus datang ke rumahnya sedangkan perwira itu menganggap Yesus bisa menyembuhkan tanpa datang.

Tetapi dengan iman yang semacam itu ia toh berdoa dan doanya dikabulkan! Memang bagus sekali kalau kita bisa berdoa dengan iman yang hebat, tetapi kalau tidak bisa, janganlah lalu takut berdoa; tetapi sebaliknya, tetaplah berdoa!
Catatan: ‘Iman’ di sini bukanlah ‘saving faith’ (= iman yang menyelamatkan)! Iman di sini hanya satu kepercayaan bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Iman seperti ini tidak menyelamatkan kita!

Seharusnya Iman Yairus dikuatkan dengan peristiwa perempuan yang menderita Pendarahan selama 12 tahun, tetapi dengan menjamah jumbai jubah Yesus dia sembuh. Dengan peristiwa itu Yairus dengan mata kepala sendiri melihat hanya dengan menjamah jumbai Jubah Perempuan pendarahan itu sembuh, apalagi ketika Yesus sendiri yang datang untuk menjamah anak nya sendiri pasti sembuh.

Dari ayat ini dapat di tekankan untuk Yairus, tanpa iman yang cukup kuat asal Yesus saja yang menjamah PASTI AKAN SEMBUH.


Bekasi, 14 Mei 2014


Karyadim642.blogspot.com



Tiga prinsip penafsiran ALKITAB

karyadim642.blogspot.com

Prinsip Pertama
mengenali latar belakang sejarah dari situasi dan kondisi lokasi tempat suatu buku ditulis berikut kejadian-kejadian historis tertentu yang terjadi pada saat penulisan buku tersebut. Penulis asli memiliki suatu maksud tertentu, suatu berita untuk dikomunikasikan. Suatu naskah tidak akan memiliki arti bagi kita kalau naskah tersebut tidak memiliki arti bagi si penulis asli, di jaman dulu, yang terilhami untuk menulisnya.
Maksud dan tujuan si penulis bukan sejarah, perasaan, kebudayaan, kepribadian, maupun kebutuhan denominasional kita – adalah kuncinya. Penerapan adalah pasangan yang tak terpisahkan dari suatu penafsiran, namun penafsiran yang tepat harus selalu mendahului suatu penerapan. Haruslah katakan secara terus menerus sampai kita pahami bahwa tiap naskah alkitab memiliki satu dan hanya satu pengertian.
Pengertian di sini adalah apa yang dimaksudkan oleh si penulis alkitab asli melalui pimpinan Roh untuk dikomunikasikan pada jamannya.
Pengertian yang satu ini mungkin saja memiliki banyak kemungkinan penerapan bagi situasi-situasi dan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Semua penerapan ini harus terkait dengan kebenaran inti dari si penulis asli.

Untuk alasan inilah, komentari panduan belajar ini di rancang untuk menyediakan suatu pengantar terhadap setiap buku dalam Alkitab.

Prinsip Kedua
Mengidentifikasi unit literatur. Setiap buku Alkitab adalah suatu kesatuan dokumen.
Penafsir tidak memiliki hak untuk mengisolir suatu aspek kebenaran tertentu dan mengabaikan yang lain. Oleh karena itu kita harus berusaha keras untuk memahami maksud dari keseluruhan buku Alkitab sebelum Kita menafsirkan :
- unit-unit individu dari literatur.
- Arti dari bagian-bagian individual
– pasal-pasal, paragraf-paragraf,
- atau ayat-ayat tidak dapat menyimpang dari arti keseluruhan buku.

Tafsiran harus bergerak dari pendekatan deduktif terhadap keseluruhan buku kepada pendekatan induktif terhadap bagian-bagiannya. Oleh karena itu, komentari panduan belajar ini dirancang untuk membantu siswa menganalisa struktur dari tiap unit literature berdasarkan paragraf. Pembagian paragraf dan pasal tidaklah dianjurkan, namun hal ini membantu kita dalam mengidentifikasi unit-unit pemikiran.

Menafsir pada tingkat paragraf – bukan kalimat, anak kalimat, frasa, maupun kata – adalah kunci dalam mengikuti arti yang dimaksudkan oleh para penulis buku Alkitab. Paragraf didasarkan atas kesatuan topik, yang sering kali disebut tema atau kalimat topik. Setiap kata. Frasa, anak kalimat, dan kalimat dalam suatu paragraf akan selalu ada hubungannya dengan kesatuan tema ini. Entahkah itu memberi batasan, menjabarkan, menerangkan, dan/atau mempertanyakannya. Kunci sesungguhnya bagi suatu penafsiran yang tepat adalah mengikuti pemikiran dari penulis asli atas dasar paragraf demi paragraf keseluruh unit individual literatur yang membentuk buku Alkitab.
Komentari panduan belajar ini dirancang untuk membantu siswa untuk melakukan hal tersebut dengan membandingkan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris modern. Terjemahan-terjemahan ini dipilih karena masing-masing mempergunakan teori –teori penterjemahan yang berbeda:
1.   Naskah Yunani dari United Bible Society yang merupakan revisi dari edisi ke-4 (UBS4). Naskah ini telah dibagi-bagi kedalam paragraph-paragraf oleh para ahli naskah modern.
2. The New King James Version (NKJV) adalah terjemalah literal kata ke kata berdasarkan tradisi naskah bersejarah Yunani yang dikenal sebagai Textus Receptus. Pembagian paragraf dalam terjemahan ini lebih panjang daripada terjemahan lain. Unit-satuan yang lebih panjang ini membantu siswa dalam melihat topic-topik yang disatukan tersebut.
3. The New Revised Standard Version (NRSV) adalah terjemahan kata ke kata yang telah dimodifikasi.
Membentuk titik tengah antara dua terjemahan moderen berikut. Pembagian paragraph dalam terjemahan ini cukup membantu dalam mengidentifikasi suatu pokok bahasan.
4. The Today’s English Version (TEV) adalah terjemahan sama yang dinamis yang diterbitkan oleh United Bible Society. Terjemahan ini mencoba untuk menterjemahkan Alkitab sedemikian hingga pembaca atau pembicara yang berbahasa Inggris moderen dapat mengerti arti dari naskah Yunani. Sering, khususnya dalam kitab-kitab Injil, paragraph dibagi berdasarkan berdasar si pembicara, bukannya berdasarkan pokok bahasannya, sebagaimana alkitab NIV. Untuk kepentingan penafsiran, hal ini tidak menolong sama-sekali.
Menarik untuk dicatat, bahwa kedua terjemahan ini UBS dan TEV diterbitkan oleh penerbit yang sama, namun memiliki pembagian paragraf yang berbeda.
5. The Jerusalem Bible (JB) adalah terjemahan yang sama berdasarkan terjemahan Katolik Perancis.
Terjemahan ini sangat membantu dalam membandingkan pembagian paragraph dari sudut pandang Eropa.
6. Naskah yang tercetak disini adalah Updated New American Standard Bible (NASB) tahun 1995, yang merupakan terjemahan kata ke kata. Komentar ayat demi ayat akan mengikuti pembagian paragraph dari terjemahan ini.

Prinsip Ketiga.
Membaca Alkitab dalam berbagai terjemahan supaya dapat menangkap bentangan
kemungkinan pengertian (bidang semantik) daripada kata-kata atau frasa-frasa dari Alkitab yang seluas-luasnya.
Seringkali suatu frasa atau kata dalam bahasa Yunani dapat dimengerti dalam beberapa cara. Terjemahan-terjemahan yang berbeda ini bisa menampilkan hal ini dan membantu untuk mengidentifikasin dan menerangkan variasi dari naskah Yunani tersebut.
Hal ini tidak mempengaruhi doktrin, namun membantu kita untuk kembali pada naskah asli yang ditulis dengan ilham Tuhan oleh penulis asli dari jaman dahulu.
Komentari ini menawarkan cara yang cepat bagi siswa untuk memeriksa penafsiran mereka. Bukan merupakan sesuatu yag bersifat definitif melainkan bersifat informatif dan memacu untuk berpikir. Seringkali kemungkinan terjemahan-terjemahan yang lain membantu kita untuk tidak bersifat parokis, dogmatis dan denominasional.
Penafsir perlu memiliki pilihan bentang penafsiran yang lebih besar untuk bisa menyadari bahwa suatu naskah kuno bisa sangat bersifat mendua. Sangatlah mengejutkan, bahwa di hanya sedikit dari antara orang Kristen sendiri
yang mengklaim bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran mereka yang saling bersetuju.

Prinsip-prinsip ini kiranya menjadikan  berkat bagi anda juga.