Sabtu, 21 Juni 2014

ABRAHAM KUYPER


   Abraham Kuyper lahir di perkampungan nelayan di Maassluis, Belanda pada tanggal 29 Oktober 1837. Ayahnya, J.F. Kuyper, yang adalah pendeta Hervormde Kerk, bukanlah seorang penganut liberal modernis maupun Reformed ortodoks.

   Kuyper bersekolah di rumah sampai ayahnya mengambil pendidikan kependetaan di Leiden. Di Leiden pulalah Kuyper masih menghabiskan enam tahun lagi untuk pendidikannya. Setelah lulus pada tahun 1855, ia kuliah di Universitas Leiden, di mana dia dikelilingi oleh modernisme. Kuyper lulus dengan menyandang gelar sarjana sastra pada tahun 1857 dan sarjana filosofi pada tahun 1858.

Kemudian Kuyper masuk ke Leiden Divinity School untuk belajar kependetaan. Sekali lagi, dia dikelilingi oleh modernisme. Setelah lulus, Kuyper berusaha meraih gelar doktor dan mendapatkannya pada Mei 1862. Namun, Ia jatuh sakit karena kelelahan. Perlu waktu delapan bulan untuk memulihkan diri. Setelah pulih, ia diangkat menjadi majelis di Hervormde Kerk di Beest pada tahun 1863.

   Kuyper mulai beralih dari aliran modernisme ke aliran Reformed ortodoks pada tahun 1866. Dia menentang sistem hierarki dan peran raja pada Hervormde Kerk, serta berorasi untuk memisahkan gereja dan negara.

   Pada tahun 1867, Kuyper pindah ke Utrecht dan ia diminta untuk melayani di sebuah gereja yang paling terkemuka di Amsterdam pada tahun 1870. (Sebagai catatan, Hervormde Kerk menggunakan sistem yang menyerupai sistem yang digunakan pada universitas. Jadi, semua jemaat di seluruh kota menjadi bagian dari gereja tersebut. Ada 140.000 anggota jemaat, 136 majelis, dan 28 pendeta di seluruh kota Amsterdam saat itu.) Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun,    ajaran Reformed dikumandangkan di Hervormde Kerk, Amsterdam.

   Pada tahun 1871, Kuyper mulai menulis "De Heraut" (The Herald). Setahun kemudian, ia juga memulai surat kabarnya sendiri, "De Standaard" (The Standard). Pada tahun 1873, ia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, tapi upayanya ini tidak berhasil. Ia baru terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun 1874. Karena itu, Kuyper memaksakan dirinya lagi sehingga dia terpaksa mengundurkan diri untuk memulihkan kesehatan mentalnya.

   Kuyper mendukung penyamarataan dana untuk sekolah negeri dan agama, sebuah aksi yang menyebabkan terbentuknya Partai Anti-Revolusioner (Anti-Revolutionary Party) pada tahun 1879. Dan pada tahun 1880, ia mendirikan Free University di Amsterdam, universitas Kristen berbasis prinsip-prinsip Reformed. Di universitas itu, dia menjabat sebagai profesor teologi.

DOLEANTIE
   Kuyper juga memimpin pemisahan diri dari Nederlandse Hervormde Kerk (NHK) pada tahun 1886. "Dolerenden" (yang bersedih hati) meratapi hilangnya keunikan Reformed dalam tubuh NHK, yang tidak lagi membutuhkan kehadiran majelis dalam setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan norma-norma Reformed.

Kuyper dan gereja Amsterdam bersikeras bahwa para majelis dan jemaat gereja harus mengacu kepada pengakuan Reformed. Hal ini mengakibatkan munculnya sejumlah kubu (classis). Akibatnya, Kuyper bersama sekitar delapan puluh anggota jemaat Amsterdam diskors dari gereja pada Desember 1885. Keputusan tersebut ditetapkan melalui rapat sinode provinsi pada 1 Juli 1886.

Tidak terima diskors, Kuyper berkhotbah di hadapan para pendukungnya di sebuah auditorium pada hari Minggu, 11 Juli 1886. Karena kesedihan mereka atas keputusan NHK, kelompok itu menyebut diri mereka "Doleantie" (kaum yang bersedih hati).

Kelompok itu akhirnya menamakan diri mereka sebagai Nederduitsche Gereformerde Kerken. Pada tahun 1889, kelompok ini mempunyai lebih dari 200 jemaat, 180.000 anggota, dan sekitar 80 pendeta.

Pemisahan tersebut sebenarnya bukan satu-satunya keinginan mereka.  "Dolerenden" juga berusaha berkoalisi dengan gereja-gereja Afscheiding, Christelijke Gereformeerde Kerken. Koalisi itu terbentuk pada tahun 1892 sehingga terbentuklah Gereformeerde Kerken di Belanda. (Seperti yang sering terjadi, beberapa gereja Afscheiding memisahkan diri dan membentuk kelompok mereka sendiri yang juga bernama Christelijke Gereformeerde Kerken.)

POLITIK
   Kuyper kembali dipilih sebagai anggota parlemen pada tahun 1894. Ia memperluas model pemungutan suara dari satu suara tiap satu kepala keluarga (hak pilih sensus) menjadi satu suara tiap satu warga negara (hak pilih universal/umum). Hal ini memecah Anti-Revolutionary Party (ARP) menjadi dua kubu. Salah satunya membentuk Christian-Historical Union (CHU), partai yang menentang hak pilih universal.

Kuyper memimpin ARP sampai ia wafat pada tahun 1920. Pada kurun tertentu, ARP membentuk pemerintahan dengan Kuyper sebagai perdana menteri. Namun setelah CHU terbentuk pada tahun 1901, kekuatan ARP memudar. Pada tahun 1905, partai tersebut menjadi partai oposisi.

Sekali lagi di tahun 1912, Kuyper harus istirahat dari politik karena kesehatannya. Ia kembali aktif pada tahun 1913. Meskipun Belanda tidak memihak negara mana pun dalam Perang Dunia I, Kuyper memihak Jerman karena Inggris adalah musuh Belanda selama Perang Boer (1880-1881 dan 1899-1902).

Kuyper meninggal di Hague pada tanggal 8 November 1920.

ANUGERAH BAGI UMAT MANUSIA (COMMON GRACE)
   Kuyper mempunyai banyak profesi: pendeta, penerbit, filsuf, politikus, dan teolog. Pemikirannya sering kali orisinil. Ia mendukung "presumptive regeneration", sebuah ide yang menyebutkan bahwa kita harus mengasumsikan kelahiran baru anak-anak berdasarkan pada keyakinan orang tuanya. Meskipun pemikiran tersebut sudah tidak    dipercaya oleh orang banyak setelah zaman Kuyper, ajaran ini masih dipegang teguh oleh banyak tradisi Reformed.

Gagasan penting Kuyper lainnya adalah antitesis, jurang yang sangat lebar antara dunia yang jatuh dalam dosa dan gereja yang diselamatkan membuat orang-orang Kristen harus mempunyai partai politik, sistem sekolah, dan serikat kerja mereka sendiri.

Konsep ketiga, yang mungkin lebih filosofis daripada teologis, adalah "ruang lingkup kekuasaan" -- bahwa setiap bidang kehidupan mempunyai peraturannya masing-masing. Jadi, undang-undang yang mengatur sebuah negara seharusnya tidak mengatur agama – atau sebaliknya. Adalah pekerjaan filsuf, ilmuwan, dan praktisioner untuk mengungkapkan peraturan-peraturan yang mengatur setiap bidang kehidupan. Gagasan ini nantinya akan lebih dikembangkan oleh Herman  Dooyeweerd.

Sumbangan teologis Kuyper yang paling besar adalah doktrin anugerah bagi umat manusia (common grace) yang mengajarkan bahwa Allah telah bermurah hati untuk mengendalikan kuasa dosa dalam dunia kita yang sudah rusak ini sehingga dunia kita tidak mungkin menjadi dunia yang terburuk yang mungkin terjadi. Dengan kata lain, inilah anugerah yang menyelamatkan itu, satu-satunya yang menopang alam semesta dari kejatuhannya.

Diterjemahkan dari:
   Nama situs: Reformed.net
   Judul asli: Dr. Abraham Kuyper
   Penulis   : Dan Knight

   Alamat URL: http://reformed.net/bios/a_kuyper.htm

ROMA TERBAKAR


Tanpa kekaisaran Romawi, kekristenan mustahil berkembang dengan sukses. Kekaisaran itu dapat dikatakan sebagai born waktu yang menanti pemicuan iman Kristen.
Unsur-unsur pemersatu kekaisaran itu memhantu penyebaran berita Injil: jalan raya yang dibangun orang Romawi membuat perjalanan dari situ tempat ke tempat lain lebih mudah; di seluruh kekaisaran orang-orang dapat berkomunikasi dalam bahasa Yunani; dan pasukan Romawi yang tangguh itu menjaga kedamaian. Sebagai akibat mobilitas yang meningkat, kelompok-kelompok pengrajin pun bermigrasi mencari permukiman sementara di kota-kota besar — Roma, Korintus, Athena atau Alexandria -- kemudian berlanjut ke kota-kota lainnya.

Kekristenan memasuki iklim yang terbuka secara religius. Dalam gerakan "zaman baru" itu, banyak orang mulai menganut agama-agama Timur – seperti menyembah Isis (dewi alam), Dionisus (dewa anggur), Mithras (dewa cahaya), Kibele (dewi alam), dan sebagainya. Para pemuja mencari keyakinan baru, namun beberapa agama tersebut dilarang, karena dicurigai melakukan upacara-upacara penghinaan. Keyakinan lain secara resmi diakui, seperti Yudaisme, yang dilindungi sejak zaman Julius Caesar, meskipun monoteismenya dan penyataan alkitabiahnya telah memisahkannya dari Cara pemujaan lain.

Melihat kesempatan baik ini, para pekabar Injil mulai menelusuri seantero kekaisaran. Di sinagoge (rumah ibadah) orang Yahudi, di ternpat-tempat penampungan para pengrajin, di pondok-pondok kumuh, mereka menyebarkan berita Injil dan memenangkan jiwa-jiwa baru. Tidak lama kemudian berdirilah gereja di kotakota besar, termasuk ibu kota kekaisaran.

Kota Roma, pusat kekaisaran, menarik orang-orang seperti magnet. Paulus sendiri pernah menginginkan kunjungan ke kota tersebut (Rm. 1:10-12); dan pada akhir suratnya kepada jemaat di Roma, ia sudah mengenal banyak orang Kristen di sana (Rm. 16:13-15). Mungkin ia pernah bertemu mereka dalam perjalanannya.
Ketika Paulus tiba di Roma, ia dalam keadaan dirantai. Kisah Para Rasul pada bagian penutupannya menyatakan bahwa akhirnya Paulus mendapat kelonggaran untuk menjadi tahanan rumah di sebuah rumah sewaan. Di sana ia dapat menerima tamu dan mengajar mereka.

Menurut tradisi, Petrus pun pernah bergabung dengan Gereja Roma. Meskipun kita tidak mempunyai kurun waktu yang pasti, namun kita dapat menduga bahwa dengan pimpinan kedua tokoh ini, jemaat tersebut bertumbuh kuat, termasuk para bangsawan dan prajurit serta para pengrajin dan pelayan.

Selama tiga dekade, para pejabat Romawi beranggapan bahwa kekristenan adalah cabang agama Yahudi - agama yang sah - dan tidak bermaksud membuat "sekte" baru agama Yahudi. Namun banyak orang Yahudi yang tersinggung karena kepercayaan baru ini mulai menyerangnya. Ini juga merupakan ancaman bagi Roma. Kelalaian Roma atas keadaan tersebut ditunjukkan oleh laporan sejarawan Tacitus. Dari salah satu rumah petak di Roma, ia melaporkan adanya gangguan di kalangan orang-orang Yahudi karena "chrestus". Tacitus mungkin salah dengar; orang-orang mungkin memperdebatkan tentang Christos, yang adalah Kristus.

Menjelang tahun 64 Masehi, beberapa pejabat Romawi mulai sadar bahwa kekristenan sama sekali berbeda dengan Agama Yahudi. Orang-orang Yahudi menolak orang-orang Kristen dan lebih banyak melihat kekristenan sebagai agama yang tidak sah. Jauh sebelum kebakaran kota Roma, masyarakat telah mulai memusuhi keyakinan yang masih muda ini. Meskipun sifat orang Romawi ingin menerima dewa-dewa baru, namun kekristenan tidak mau mengakui kepercayaan-kepercayaan lain. Karena kekristenan menentang politeisme kekaisaran Romawi yang telah berakar, maka kekaisaran itu pun mulai membalas.

Pada tanggal 19 Juli, kebakaran berkobar di sebuah sektor kumuh di Roma. Selama tujuh hari api yang tak kunjung padam itu memusnahkan perumahan yang padat. Sepuluh dari empat belas blok perumahan musnah, dan banyak penduduk yang tewas.

Menurut legenda, Kaisar Nero sedang bermain biola ketika Roma terbakar. Banyak orang sezamannya menduga bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kebakaran tersebut. Ketika kota itu dibangun kembali dengan dana dari masyarakat, Nero mengambil sebidang tanah yang cukup luas untuk membangun Istana Emasnya. Kebakaran itu merupakan jalan pintas bagi pembaruan perkotaan.

Untuk mengelakkan tuduhan atas dirinya, Kaisar itu mengkambinghitamkan orang-orang Kristen. Ia menuduh bahwa merekalah yang memicu kebakaran tersebut. Akibatnya Nero bersumpah untuk memburu dan membunuh mereka.

Gelombang pertama penganiayaan orang Romawi terhadap orang Kristen dimulai tidak lama setelah kebakaran itu dan berakhir sampai tahun kematian Nero, tahun 68. Dengan haus darah dan biadab, orang-orang Kristen disalibkan dan dibakar. Jasad-jasad mereka berjejer di jalan-jalan Roma, disediakan bagi pencahayaan obor. Orang-orang Kristen lainnya dikenakan pakaian hewan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk dicabik-cabik anjing-anjing. Menurut cerita, Petrus dan Paulus menjadi martir akibat penyiksaan Nero. Paulus dipenggal kepalanya sedangkan Petrus disalibkan terbalik.

Penganiayaan berlangsung secara sporadis, dan tetap terlokalisasi. Seorang kaisar mungkin telah memicunya dan berlanjut selama lebih kurang sepuluh tahun. Namun, masa damai akan menyusul sampai ada seorang gubernur yang memulai penganiayaan terhadap orang Kristen di wilayahnya — tentu dengan restu dari Roma. Hal semacam ini berlangsung dua setengah abad lamanya.

Tertullianus, seorang penulis Kristen abad kedua pernah berkata, "Darah para martir adalah benih Gereja." Anehnya, setiap kali penganiayaan merebak, orang Kristen yang menjadi korban makin bertambah. Dalam suratnya yang pertama Petrus menguatkan orang-orang Kristen untuk bertahan, percaya diri akan kemenangan dan kuasa Kristus yang akan diteguhkan (1 Ptr. 5:8-11). Kata-katanya ini telah terbukti dengan pertumbuhan Gereja di tengah-tengah penekanan.


Dari sarapan Pagi.com

KEUNTUNGAN dari RESPON POSITIF

MyFriendz...Pernahkah kamu mengalami ban mobil bocor...??? Sungguh menyebalkan, bukan....? Itu berarti kamu harus mengeluarkan perlengkapan pengungkit, menurunkan ban cadangan dari bagasi dan berkotor ria hanya untuk mengganti ban yang sedang bocor itu. Kalau kamu naik motor, maka kamu harus susah payah menuntun motormu ke tukang tambal terdekat. Bagaimana jika ban yang bocor itu membuatmu terlambat? Tentu kamu akan semakin jengkel lagi. Meski demikian, kisah Domingo Pacheco yang kubaca dimana ia tak akan pernah menyesali ban mobilnya yang bocor dan yang membuat ia ketinggalan pesawat. Mengapa...? Karena tak berapa lama kemudian pesawat yang harusnya ditumpanginya yakni Valujet 592 mengalami kerusakan mesin dan jatuh di Everglades pada tanggal 11 Mei 1996...! Andai saja ban mobil Pacheco tidak bocor, tentu namanya akan tercatat sebagai korban kecelakaan.

Kita kadangkala tidak tahu bahwa ada keuntungan-keuntungan positif dari masalah-masalah yang tiba-tiba saja bermunculan. Ketika masalah mulai terjadi dan semuanya berjalan tak beres, ada kalanya kita perlu berpikir sejenak, apa maksud Tuhan di balik semuanya ini. Apakah hal itu benar-benar buruk, ataukah itu sebenarnya bagian dari rencana Tuhan yang terbaik bagi kita...? Jika kita selalu melihat dengan cara pandang seperti ini, kita tidak gampang mengeluh, menggerutu, merasa frustasi, depresi dan stress ketika masalah yang tak diharapkan muncuk ke permukaan.

Bukanlah apa yang terjadi kepada kamu, tetapi bagaimana kamu menangani apa yang terjadi kepadamu, itulah yang menentukan...! Demikian Zig Ziglar, seorang motivator terkemuka berujar. Benar kata Ziglar bahwa yang menentukan hidup kita bukanlah sebuah keadaan, termasuk keadaan seburuk apapun juga, melainkan bagaimana kita memiliki cara pandang terhadap situasi buruk tersebut. Jika kita menangani setiap masalah dengan kerangka pikir positif, penuh dengan sikap optimis, maka masalah apapun juga akan mendatangkan kebaikan bagi kita pada akhirnya.

So MyFriendz...Apakah hari ini kamu sedang menghadapi masalah yang tak diharapkan...? Jangan biarkan itu merusak kebahagiaanmu. Jangan biarkan masalah itu memunculkan kegetiran. Beranikah kamu memiliki iman yang positif di saat masalah yang tak diharapkan mulai bermunculan...? Percaya dan bersandarlah kepada Tuhan. Jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Never Say That We Have a Big Problem, But Say That We Have a Great GOD...Because When GOD Says No, HE Says Yes For Something Better in HIS Time...


Have A Inspiring Day, MyFriendz...!!!

AIRMATA MUTIARA

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu."

Si ibu terdia, sejenak, "Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

******

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara."