Senin, 07 Juli 2014

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN?

Albert Einstein
Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?
Apakah kejahatan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal itu menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertany aan ini,
"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
"Betul, Dia yang menciptakan semuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerj aan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya,
"Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,
"Kenyat aan nya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah kead aan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya,
"Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab,
"Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein

ANAK-ANAK ALLAH


karyadim642.blogspot.com

A. Ada perbedaan besar atas pengidentifikasian frasa “anak-anak Allah.” Telah ada tiga penafsiran utama

1. frasa ini menunjuk pada garis keturunan Set yang saleh (Kejadian 5, lihat catatan pada 4:14)
2. frasa ini menunjuk pada sekelompok makhluk-makhluk kemalaikatan
3. frasa ini menunjuk pada raja-raja atau tirani-tirani dari garis keturunan Kain (lih. Kejadian 4)

B. Bukti bagi frasa ini menunjuk pada garis keturunan Set
1. konteks kesastraan terdekat dari Kejadian 4 dan 5 menunjukkan perkembangan dari garis keturunan Kain yang memberontak dan garis keturunan Set yang tepilih. Oleh karena itu, bukti kontekstual sepertinya lebih condong pada garis keturunan Set yang saleh.
2. para rabi telah terbagi mengenai pemahaman mereka mengenai perikop ini. Beberapa menyatakan bahwa ini menunjuk pada Set (namun kebanyakan pada malaikat).
3. frasa jamak “anak-anak Allah,” walau paling sering digunakan untuk makhluk kemalaikatan, sangatlah jarang menunjuk pada manusia
a. Ulangan 14:1 – “anak-anak dari YHWH Allahmu”
b. Ulangan 32:5 – “anak-anak Nya”
c. Keluaran 22:8-9; 21:6 (kemungkinan hakim Imamat)
d. Mazmur 73:15 – “anak-anak Mu”
e. Hosea 1:10 – “anak-anak Allah yang hidup”

C. Bukti bagi frasa ini merujuk pada makhluk-makhluk kemalaikaan
1. ini telah menjadi pemahaman tradisional yang paling umum mengenai perikop ini. Konteks yang lebih luas dari Kejadian bisa mendukung pandangan ini sebagai satu contoh lain dari kejahatan yang adi kodrati yang mencoba untuk menggagalkan kehendak Allah bagi umat manusia (para rabi mengatakannya atas dasar kecemburuan)
2. frasa jamak (“anak-anak Allah”) ini sangat banyak digunakan dalam PL untuk malaikat-malaikat
a. Ayub 1:6
b. Ayub 2:1
c. Ayub 38:7
d. Mazmur 29:1
e. Mazmur 89:6,7
f. Daniel 89:6
3. kitab-kitab antar perjanjian I Henokh (lih. 1 Henokh 6:1-8:4; 12:4-6; 19:1-3; 21:1-10) dan Yobel (Ayub 5:1), yang sangat populer di antara orang percaya dalam periode PB, sejalan dengan Apokrip Kejadian dari Gulungan Kitab Laut Mati, menafsirkannya sebagai malaikat-malaikat pemberontak.
4. konteks terdekat dari pasal 6 sepertinya mengisyaratkan bahwa “orang-orang perkasa jaman purba,orang termasyur” berasal dari pencampur adukan yang tidak tepat dari urutan penciptaan ini
5. Septuaginta menterjemahkan frasa “anak-anak Allah” ini sebagai “malaikat-malaikat Allah”
6. 1 Henokh bahkan menyatakan bahwa Air Bah Nuh datang untuk membinasakan persatuan manusia/malaikat yang memusuhi Allah dan rencana Nya bagi penciptaan (lih. I Henokh 7:1 dst; 15:1 dst; 86:1 dst)
7. dalam sastra Ugarit “anak-anak Allah” menunjuk pada anggota-anggota dari pantheon (yaitu makhluk-makhluk yang kurang rohani)

D. Bukti bagi frasa ini merujuk pada raja-raja atau tirani-tirani dari garis keturunan Kain
    Ada beberapa terjemahan kuno yang mendukung pandangan ini
a. Targum dari Onkelos (abad kedua M) menterjemahkan “anak-anak Allah sebagai anak-anak bangsawan”
b. Terjemahan PL bahasa Yunani Symmachus (abad kedua M), menterjemahkan “anak-anak Allah” sebagai anak-anak raja-raja”
c. Istilah “elohim” digunakan untuk para pemimpin Israel (lih. Keluaran 21:6; 22:8; Mazmur 82:1,6), catat Alkitab NIV dan NET.
d. Nephilim dikaitkan pada Gibborim dalam Kejadian 6:4, Gibborim berasal dari kata Gibbor yang berarti “seorang perkasa yang penuh keberanian; kekuatan; kemakmuran atau kuasa
e. Penafsiran ini dan buktinya di ambil dari Kata-kata Keras Alkitab.

E. Bagaimana kaum “Nephilim” dari Kejadian 6:4 berhubungan dengan “anak-anak Allah” dan “anak-anak perempuan manusia dari Kejadian 6:1-2? Catat teori –teori ini:
1. Mereka adalah raksasa-raksasa (lih. Bilangan 13:33) hasil persatuan antara para malaikat dan wanita manusia.
2. Mereka tidak berhubungan sama sekali. Secara sederhana mereka disebutkan sebagai di dunia di jaman peristiwa Kejadian 6:1-2 dan juga setelahnya.
3. R. K. Harrison dalam Pengantar kepada Perjanjian Lama, hal. 557, memiliki kutipan tersamar berikut, “untuk melalaikan secara keseluruhan wawasan-wawasan antropologis yang tak ternilai ke dalam saling keterhubungan dari Homo sapiens dan spesies pra-Adam yang terkandung dalam perikop ini, dan yang setuju dengan para ahli yang memiliki cukup kemampuan untuk mengejarnya.”

Ini bagi saya mengisyaratkan bahwa ia melihat kedua kelompok ini sebagai mewakili perbedaan kelompok kemanusiaan. Hal ini akan mengisyaratkan suatu penciptaan khusus Adam dan Hawa, namun juga suatu perkembangan secara evolusi dari Homo erectus.

“anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik” Istilah “cantik” secara hurufian adalah “baik” atau “wajar/cantik”. Ini telah menjadi suatu konsep teologis kunci dari pasal 1 (khususnya 1:31). Apa yang Allah lihat sebagai baik sekarang dilihatNya sebagai jahat (lih. ay 5-6).
“mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka” Frasa pertama mengisyaratkan perkawinan yang akan bertentangan dengan pandangan bahwa ini adalah malaikat. Namun demikian, frasa kedua mengisyaratkan bahwa mereka wanita-wanita yang sudah pernah kawin ataupun belum, siapapun yang mereka pilih.

Ini bisa mengisyaratkan (1) makhluk-makhluk kemalaikatan atau (2) para pemimpin manusia yang perkasa dari garis keturunan Kain (yaitu para tirani) yang melakukan poligami.
6:3 “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia” Istilah “tinggal” dapat diterjemahkan sebagai “berjuang keras”. Ini bisa menunjuk pada
(1) kesabaran Allah (yaitu Ia menunda air bah sampai bahtera selesai dibangun lih. 1 Petrus 3:20) atau
(2) jangka kehidupan manusia yang dikurangi.
Bagaimana 6:3 berhubungan dengan 6:1-2 dan 6:4? Sangatlah sukar untuk mengikuti maksud dari si penulis asli melalui konteks ini. Kemungkinan meskipun manusia telah bercampur dengan malaikat mereka masih akan mati. Sebagaimana hawa “melihat” dan mengambil demikian pula sekarang “anak- anak Allah” “melihat” dan mengambil, yaitu mengisyaratkan jenis pemberontakan yang sama (yaitu kemungkinan menggenggam hidup kekal dan kemandirian).

“karena manusia itu adalah daging” Sepertinya ini menambah bobot pada penafsiran bahwa orang-orang lain yang dibicarakan di perikop ini adalah makhluk-makhluk kemalaikatan dalam pertentangan dengan manusia

F. Hanyalah adil untuk mengungkapkan pemahaman saya sendiri akan naskah yang kontroversial ini.

Yang harus dimengerti bahwa naskah dalam Kejadian adalah singkat dan tidak terlalu jelas. Para pendengar pertama Musa pasti telah memiliki tambahan wawasan kesejarahan atau Musa menggunakan tradisi lisan atau tertulis dari periode para kepala keluarga yang ia sendiri tidak memahami sepenuhnya. Masalah ini bukanlah suatu pokok bahasan yang krusial. Kita sering merasa ingin tahu akan hal-hal yang disinggung Kitab Suci namun kurang jelas. Akan sangat tidak menguntungkanlah untuk membangun suatu teologia yang rinci atas dasar hal ini atau kepingan-kepingan informasi alkitabiah yang serupa. Jika kita memerlukan informasi ini Allah pasti sudah menyediakannya dalam suatu bentuk angka lebih lengkap dan jelas.

Saya secara pribadi percaya ini adalah para malaikat dan manusia karena:
1. penggunaan secara konsisten, walau tidak eksklusif frasa “anak-anak Allah” bagi malaikat dalam PL.
2. Septuaginta (Aleksandria) menterjemahkan (akhir abad pertama SM) “anak-anak Allah” sebagai malaikat-malaikat Allah”
3. kitab pseudepigraf nubuatan I Henokh (kemungkinan ditulis sekitar 200 SM) bersifat sangat spesifik bahwa ini menunjuk pada para malaikat (lih. pasal 6-7)
4. kaitan teologis kepada 2 Petrus 2 dan Yudas tentang para malaikat yang berdosa dan tidak memelihara posisi mereka yang sepantasnya, Saya tahu bahwa bagi beberapa orang ini sepertinya bertentangan dengan Matius 22:30, namun para malaikat ini bukanlah di surga, ataupun di dalam suatu penjara khusus (Tartarus).
5. Saya pikir bahwa satu alasan banyaknya peristiwa dari Kejadian 1-11 ditemukan dalam budaya-budaya lain (yaitu catatan peristiwa penciptaan yang mirip, catatan air bah yang serupa, catatan mengenai malaikat yang mengawini perempuan manusia yang) adalah karena semua manusia adalah bersama-sama dan memiliki suatu pengertian akan YHWH dalam periode ini, namun setelah pemisahan Menara Babel pengetahuan ini menjadi tergerogoti dan diadaptasikan kepada model politeistik.

Sebuah contoh bagus mengenai hal ini adalah mitologi Yunani di mana raksasa yang setengah manusia dan setengah manusia super yang disebut Titan dipenjarakan di dalam Tartarus, nama yang sama ini digunakan hanya sekali dalam Alkitab (lih. 2 Petrus 2) untuk tempat penahanan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi mereka yang sepantasnya. Dalam teologia kerabian Hades dibagi menjadi bagian bagi orang benar (firdaus) dan satu bagian bagi yang jahat (Tartarus).