Senin, 14 Juli 2014

BEKERJA KERAS DAN CERDAS

karyadim642.blogspot.com
"...Orang bilang Knowledge is Power, menurut kami yang tepat adalah Knowledge, Without Correct Habits, is Powerless..."
Prof. Roy Sembel
Ketika saya lulus SMA, saya mendapat STTB (Surat Tanda Tamat Belajar). Setelah saya renungkan, aneh juga ya. Itu berarti belajar saya sudah tamat alias selesai. Dengan demikian, saya tak perlu belajar lagi. Padahal, belajar adalah suatu proses yang seharusnya berlangsung seumur hidup. Dalam kerangka pikir WISDOM, belajar adalah bagian dari huruf D, yaitu Didik.
Berbicara tentang kata "didik", banyak orang mengasosiasikannya dengan pendidikan formal. Padahal, didik yang dimaksudkan di sini adalah pembelajaran dalam arti luas. Pembelajaran dapat dilakukan melalui sekolah formal (SD, SMP, SMU, sekolah kejuruan, perguru­an tinggi, dsb), membaca buku, menyaksikan/mendengarkan talk show, mengikuti seminar, pelatihan, learning by doing, belajar dari pengalaman orang lain, mentorship, belajar lewat mengajar, dll.
Selain itu, banyak orang sering salah kaprah mengartikan pendidikan sebagai usaha untuk meningkatkan kecerdasan inteligensia (IQ) atau bahkan sekadar mengumpulkan pengetahuan. Pasalnya, pepatah berkata: Knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan). Padahal telah banyak bukti menyatakan bahwa kesuksesan seseorang hanya sekitar 10% tergantung dari pengetahuan dan kecerdasan analitis (IQ). Sebagian besar (90%) faktor penentu sukses justru hal yang berhubungan dengan motivasi dan perilaku. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan lain, misalnya kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Jadi, pepatah Knowledge is Power! perlu diubah menjadi Know­ledge, without correct habits, is powerless!
Tindakan yang Anda lakukan akan membentuk kebiasaan. Kebiasaan akan membangun karakter. Karakter Anda akan menentukan nasib Anda. Agar pembelajaran menjadi relevan untuk mendukung kesuksesan, diperlukan pembelajaran yang bersifat holistik. Pendekatan tradisional perlu diperbaiki sehingga mencakup peningkatan CQ, EQ, dan SQ. IQ berhubungan dengan hardskills atau ketrampilan teknis. Sementara itu, CQ, EQ, dan SQ berhubungan dengan softskills. Softskills mencakup intrapersonal skills, interpersonal skills, dan extrapersonal skills, serta ultrapersonal skills.
Intrapersonal skills adalah ketrampilan untuk mengelola diri pribadi. Komponen dari intrapersonal skills di antaranya ketrampilan untuk manajemen waktu, manajemen stres, manajemen perubahan, berpikir kreatif, dan menetapkan tujuan. Interpersonal skills adalah ketrampilan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Komponen dari interpersonal skills di antaranya ketrampilan untuk berkomunikasi, mem­bangun hubungan, memotivasi, memimpin, memasarkan diri, bernegosiasi, melakukan presentasi, dan berbicara di depan publik. Sementara itu extrapersonal skills berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungan hidup. Keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan hidup akan menunjang kesuksesan yang berkelanjut­an. Last but not least, ultrapersonal skills adalah ketrampilan mengelola hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Mau sukses? Ayo terus belajar!

Penulis adalah Guru Besar di Fakultas Ekonomi UKI Jakarta, Academic Expert Advisor Universitas Ciputra Surabaya, Komisaris Independen Bank Niaga, dan Majelis/Guru Sekolah Minggu di GKT Mega Mal
Dalam rangkaian artikel sebelumnya, kita telah membahas uraian 4 huruf pertama dari WISDOM. Artikel kali ini membahas huruf ke-5, yaitu O (Otak/Otot). Kebiasaan untuk bekerja lebih keras (Otot) dan cerdas (Otak), bila konsisten dilakukan terus menerus akan membedakan antara orang yang nasibnya biasa-biasa saja seperti kebanyakan orang lain dan orang yang pencapaiannya luar biasa. Tiap orang dianugerahi modal yang sama setiap harinya, yaitu 24 jam atau 1.440 menit atau 86.400 detik. Pertanyaannya, sudahkan Anda menggunakan modal tersebut dengan baik? Kuncinya adalah kerja (lebih) keras dan (lebih) cerdas!
MENCIPTAKAN WAKTU EKSTRA 
Kebanyakan orang bekerja 8 jam sehari (dari pukul 08.00–17.00, termasuk jeda makan siang sekitar 1 jam) selama 5 hari dalam seminggu. Bila Anda bekerja sedikit lebih keras, misalnya dengan datang 30 menit lebih awal, pukul 07.30 dan pulang 30 menit lebih lambat (17.30), Anda memperoleh 1 jam ekstra kerja setiap hari. Hasilnya, Anda akan memperoleh tambahan jam kerja sekitar 22 jam setiap bulannya atau sekitar 264 jam setiap tahunnya. Tambahan jam kerja sebanyak 264 jam tiap tahunnya setara dengan tambahan hari kerja sebanyak 33 hari atau 6-7 minggu kerja, atau 1,5–2 bulan kerja. Tentu saja ada jauh lebih banyak pekerjaan yang bisa Anda selesaikan dengan tambahan 33 hari kerja per tahun. Hebatnya, tambahan 33 hari kerja itu Anda peroleh tanpa ­mengurangi jumlah hari libur Anda!
PENTING ATAU GENTING: DOING WHAT MATTER
Itu baru kerja kerasnya. Lalu bagaimana dengan kerja cerdasnya? Anda bekerja lebih cerdas bila Anda bisa menghasilkan lebih banyak dalam waktu yang sama atau bahkan kurang. Bagaimana cara­nya? Tipsnya sebenarnya juga sederhana. Kuncinya adalah gunakan waktu Anda untuk aktivitas yang membawa dampak besar terhadap pencapaian tujuan yang telah Anda tetapkan.
Untuk mem­bantu Anda memanfaatkan waktu sebaik mung­kin, guna­kan metode sederhana yang telah banyak diketahui orang namun jarang dipraktikkan. Ambil secarik kertas, bagi menjadi empat kotak menurut kombinasi Penting vs Tidak Penting, dan Genting vs Tidak Genting (lihat tabel).
      
Buat daftar kegiatan Anda sehari-hari. Evaluasi kegiatan Anda dan tempatkan setiap kegiatan itu ke dalam salah satu kotak di Gambar 1. Kegiatan dikatakan penting bila memiliki dampak besar membantu pencapaian tujuan Anda. Bila tidak, kegiatan itu tidak penting. Kegiatan dikatakan genting atau mendesak bila harus segera dilakukan misalnya karena deadline-nya telah dekat atau karena kondisi lain yang dapat memaksa kita harus segera bertindak.
Kegiatan yang genting belum tentu penting. Kebanyakan orang mengisi waktunya dengan aktivitas yang genting atau mendesak, tanpa sempat menilai apakah kegiatan itu penting. Mereka diburu-buru kegiatan-kegiatan yang genting karena disuruh si Bos, diminta kolega, dituntut oleh kerabat, dikejar salesman produk yang aneh-aneh, dll.
Kehidupan yang penuh dengan kegiatan genting sangatlah melelahkan. Pada akhir hari, Anda kehabisan energi dan semangat. Besok masih menunggu banyak aktivitas genting lagi. Begitu seterusnya rutinitas kehidupan kebanyakan orang. Akibatnya, waktu berlalu cepat tanpa membawa hasil memadai. Ujung-ujungnya lesu, lelah, letih, lemah, hilang energi, dan akhirnya frustrasi!
Dengan bekerja lebih keras dan lebih cerdas, di bawah pimpinan hikmat Tuhan, kita akan mampu meraih tujuan hidup sesuai kehendak-Nya. Salam WISDOM!
Prof. DR. Roy Sembel

Penulis adalah Guru Besar di Fakultas Ekonomi UKI Jakarta, Academic Expert Advisor Universitas Ciputra Surabaya, Komisaris Independen Bank Niaga, dan Majelis/Guru Sekolah Minggu di GKT Mega MalFinancial Expert